JAKARTA – Hubungan komunitas Tionghoa dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah
terjalin sejak lama. Dalam beberapa aksi-aksi kemanusiaan yang digelar PKS di
berbagai kesempatan, tidak sedikit tokoh-tokoh beretnis Tionghoa dan non muslim ikut serta dan turut
berkontribusi, mulai dari aksi membela Palestina, Rohingya, hingga protes di
kedutaan Amerika Serikat atas beredarnya film Innocence of Muslim yang
mendiskreditkan agama Islam.
Menurut Ketua Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia
(SAKTI) Eddie Kusuma, PKS merupakan partai yang kader-kadernya memiliki adab
yang baik. “Saya analisa lebih jauh, PKS itu partai Pancasila. Saya bukan hanya
di satu partai tapi di partai-partai lain sehingga saya tahu tentang karakter
masing-masing. Saya jujur menghargai teman-teman di PKS. Ukhuwahnya bagus
sekali. Saya simpati betul sama PKS bukan hanya pada personalnya tapi juga
struktur organisasinya yang punya militansi tinggi,” ungkapnya seperti dilansir
dari channel Youtube Lieus Sungkharisma.
Menurut Eddie, PKS sangat terbuka
terhadap umat beragama lain karena faktanya banyak kader-kader PKS di Papua dan
Sulawesi Utara yang beragama non muslim. “Kalau ada yang mengatakan PKS tidak
toleran, menurut saya tidak (benar) karena saya sendiri tidak pernah merasa
distigma oleh keluarga besar PKS. Tuduhan-tuduhan seperti itu tidak perlu Bahkan
saya pernah mau diterima sebagai anggota PKS namun saya belum siap,” tuturnya.
Ketika terjadi kasus Rohingya, ungkap Eddie, dirinya bersama Hidayat Nur Wahid
(Wakil Ketua MPR RI) dan beberapa tokoh PKS lainnya mendatangi kantor Kementrian
Luar Negeri dan diterima oleh sekretaris jendral kementrian. “Saya melihat PKS
ini sangat konsen terhadap masalah kemanusiaan, sehingga saya pun ikut perhatian
terhadap masalah ini.” Sebagai pimpinan komunitas SAKTI, Eddie dan pengurus
organisasi sering mengadakan pertemuan dengan Hidayat Nur Wahid. Bahkan tidak
jarang acara-acara yang digelar yayasan diadakan di ruang kerja gedung MPR.
Eddie sendiri sering menjadi orator aksi-aksi kemanusiaan PKS ditemani beberapa
tokoh agama Budha berkostum lengkap kebiksuan. “Mudah-mudahan masyarakat lain
juga bisa mengetahui tentang hal ini,” harapnya.
Ketua Majelis Syuro PKS Salim
Segaf Al Jufri mengatakan bahwa sejak awal berdiri PKS memang telah menjalin
komunikasi kebangsaan lintas etnis dan agama. Menurutnya, sebagai entitas
politik PKS perlu bekerjasama dan berkolaborasi dengan partai dan komunitas lain
untuk membangun bangsa ke depan. Menurutnya, permasalahan bangsa ini terlalu
besar jika hanya disandarkan ke pundak satu partai atau golongan tertentu saja.
“PKS ingin bersinergi dengan siapapun yang dapat memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat. Salah satunya Yayasan SAKTI yang memiliki visi misi
kebangsaan yang sejalan dengan PKS. Bagi kami, akselerasi itu berkaitan erat
dengan kolaborasi. Tidak mungkin bangsa kita bisa naik ke level yang lebih
tinggi dalam semua bidang jika tidak bekerjasama dengan pihak lain.” Menurut
mantan Menteri Sosial RI ini, saat ini Indonesia menghadapi tantangan besar di
berbagai bidang yang membutuhkan tangan-tangan kuat anak bangsa untuk
mengatasinya.
“Persoalan kita itu bukan pada kapasitas, tapi pada kapabilitas.
Masing-masing entitas partai politik punya kemampuan yang tidak perlu diragukan
dari sisi sumber daya manusianya, tapi apakah kita memiliki kapabilitas untuk
bekerjasama demi kepentingan publik? Kita lihat saja, betapa banyaknya
aturan-aturan yang disahkan sebagai regulasi justru tidak menempatkan masyarakat
sebagai objek kepentingan yang harus didahului.”
Pria yang akrab dipanggil
Doktor Salim ini menegaskan bahwa dibutuhkan keseriusan tingkat tinggi dalam
berkolaborasi untuk kepentingan bangsa. “PKS siap menjadi katalisator bagi semua
elemen dalam membangun negeri ini,” tutupnya.