Header Ads Widget

Angkatlah Tangan Kita dan Berdoa Kepada Allah Agar Wabah Covid 19 Segera Berakhir!


Oleh : Tus Sholeh

(Kabid Humas DPD kab. Serang)


Rasulullah Saw bersabda:

“Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzhalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.”

(HR. At-Tirmidzi 2526).


1. PEMIMPIN YANG ADIL

Wahai mereka yang saat ini tengah mendapat amanah jabatan sebagai pemimpin, inilah saatnya merendahkan diri di hadapan Allah Ta'ala. Inilah waktunya meminta pertolongan kepada Tuhan kita, agar musibah wabah covid 19 ini segera berakhir dan daerah atau negeri yang Anda pimpin pun menjadi aman kembali. Inilah tanda bahwa jika Anda-Anda para pemimpin, adalah pemimpin yang adil, jujur, amanah, memikirkan rakyat/bawahan, karena takut Allah SWT, inilah saat yang tepat untuk mengangkat tangan. Inilah momentum untuk segera memohon kepada Allah SWT agar wabah covid 19 ini segera lenyap. Sebab sepuluh bulan, bukanlah waktu sebentar. Ya, sudah sepuluh bulan pandemi ini tidak juga menampakkan tanda-tanda akan membaik.

Ingatlah sebuah kisah dari negeri Andalusia (Spanyol) yang ketika itu Islam memimpin pemerintahan di sana. Saat itu negeri Andalus tengah didera kemarau berkepanjangan sehingga kekeringan melanda dan menyengsarakan rakyat. Kondisi ini kemudian membuat Sang pemimpin Andalus waktu itu, Khalifah Abdurrahman An-Nasir memeras otak untuk mencari cara bagaimana agar kemarau ini berakhir.

Lalu, seseorang bernama Al-Mundzir Al-Baluthi, seorang ulama besar yang diangkat menjadi penasihat negara (di zaman kekhalifahan Islam, penasihat negara dipilih selalu dari kalangan ulama), memberikan solusi yaitu sholat Istisqo bersama seluruh penduduk di lapangan besar dan terbuka. Harapannya agar Allah segera menurunkan hujan dan mengganti kemarau yang sudah lama mendera. Khalifah tak menolak, ia dengan segera menerbitkan maklumat dan mengundang seluruh masyarakat untuk datang dan bermunajat melakukan sholat Sunnah Istisqo (sholat meminta hujan).

Hari itu pun tiba. Ribuan penduduk berbondong berkumpul di sebuah lapangan besar. Sang Ulama yang tak lain penasihat Negara sudah bersiap untuk memimpin menjadi imam sholat Istisqo, sesuai instruksi Khalifah. Namun sampai waktu tiba, justru sang Khalifah tak kunjung datang. Orang nomor satu di seantero negeri tersebut tentulah pula harus menjadi orang pertama yang wujudnya hadir di tengah mereka. Syekh Al-Mundzir dan seluruh penduduk tentu keheranan, ke mana gerangan Abdurrahman An-Nasir. Mereka semua resah, saling bertanya dan keadaan menjadi sedikit kacau.

Syekh Al-Mundzir lalu bertanya kepada orang-orang dekat Khalifah, dan tak satupun mereka yang tahu akan keberadaan khalifah. Lalu ia memerintahkan seorang utusan, untuk mencarinya dan mengumumkan bahwa sholat Istisqo akan dimulai jika Khalifah sudah berada di tempat itu. Dan, utusan yang diperintah itu segera bergerak mencari keberadaan Khalifah.

Beberapa jam berselang, tibalah utusan tadi dan melaporkan hasil pencariannya kepada penasihat negara. Para penduduk yang tetap setia menunggu pemimpinnya juga turut mendengar laporan dari utusan tersebut. Utusan tersebut mengatakan bahwa Khalifah Abdurrahman An-Nasir berada di sebuah tempat, di mana saat dirinya menemukan keberadaan sang khalifah, dia tak berani menemuinya. Sebab saat dia mendekati pemimpinnya itu, sang Khalifah tengah bersujud sangat lama, menangis pilu, menderaikan airmatanya hingga membasahi bajunya, khusyuk dalam keheningan beribadah. Sepertinya Khalifah tengah bermunajat dulu, sebelum nanti ia datang ke lapangan ini.

Al-Mundzir Al-Buthani, seorang ulama besar dan disegani saat itu, terkesima dengan penjelasan utusan itu. Tiba-tiba ia beranjak dari tempat duduknya, berlari menuju mimbar dan berseru kepada seluruh orang yang hadir saat itu. "Hadirin semua, siapkan payung sekarang juga! Sebentar lagi hujan akan turun, saya yakin hujan akan turun sekejap lagi!" dengan berapi-api Al-Mundzir menyeru seluruh penduduk. Shalat Istisqo dibatalkan.

Dan tak lama kemudian, pernyataan penasihat itu menjadi kenyataan. Lapangan besar itu diguyur hujan, dan seluruh negeri bersuka cita serta tak lupa mengucap syukur atas nikmat yang diberikanNya.

Maasyaa Allah, doa seorang pemimpin yang adil cukup menjadi wasilah sebuah doa agar diijabah oleh Allah SWT.


2. ORANG YANG BERPUASA SAMPAI PADA WAKTU BERBUKA

Di tengah ketakutan dan kekhawatiran akhir-akhir ini karena wabah virus covid 19, atau malah ada sebagian masyarakat juga yang masih menganggap covid 19 dengan sepele, seorang mukmin hendaknya mengambil kesempatan untuk memperbanyak kedekatan kepada Allah swt. Salah satunya adalah dengan memperbanyak puasa.

Puasa adalah benteng dan perisai seorang mukmin dari perbuatan tercela. Selain itu puasa juga sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Dan tentunya dengan puasa, kita bisa latih diri agar perut ini terbiasa lapar, terbiasa kosong sehingga kita tidak merasa kaget dan terbiasa, jika seandainya kondisi di negara kita tiba-tiba diberlakukan kembali 'lockdown'. Lockdown dalam arti sebenarnya, bukan semisal PSBB yang diterapkan sekarang, yang penerapannya masih jauh dari harapan. Lockdown adalah sebuah kondisi yang mengharuskan penduduk tetap berada di dalam rumah selama kurun waktu yang ditentukan.

Selain itu, puasa juga merupakan salah satu cara mendapatkan kemudahan berupa terkabulnya doa kita berdasarkan hadits Nabi Saw di awal tulisan ini. Maka, berdoalah saat tengah berpuasa. Berpuasalah, lalu kemudian banyak-banyaklah meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala.

Kebetulan pula pada saat ini, kita sebentar lagi akan memasuki bulan-bulan mulia yang disyariatkan untuk memperbanyak puasa, yakni bulan Rajab dan Sya'ban, sebagai persiapan 30 "hari mencari cinta Allah" di bulan suci Ramadhan nanti. Bulan-bulan ini adalah bulan di mana Rasulullah Saw mencontohkan untuk kita agar memperbanyak amalan puasa Sunnah. 

Di dalam Sunan Abu Dawud disebutkan Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan haram (bulan-bulan terhormat). Sementara Rajab termasuk bulan haram. 

Keterangan lain ada di dalam kitab Riyad as-Salihin:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ ‏.‏ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ ‏.‏ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

Artinya: Abu Salama melaporkan, Saya bertanya pada Aisyah tentang puasa yang dilakukan Rasulullah SAW. Dia berkata, "Rasulullah sempat terus berpuasa hingga kami berpikir Rasulullah SAW tidak akan berhenti. Ada saatnya dia tidak puasa hingga kami mengira Rasullah SAW tidak akan puasa lagi. Saya tidak pernah melihatnya melakukan puasa sunnah sebanyak di bulan Sya'ban. Dia terus berpuasa di bulan Sya'ban kecuali beberapa hari." (HR Muslim).

Ini berarti, Rajab dan Sya'ban adalah bulan yang sangat dianjurkan untuk berpuasa. Maka, mohonlah doa saat berpuasa. Dan ahlan wa Sahlan bulan-bulan mulia.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ

“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”


3. ORANG YANG TERZHALIMI

Diantara doa-doa yang tak tertolak, yaitu doanya orang yang terdzhalimi. makna "dzhalim" adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, baik mengurangi, menambahi, ataupun menyimpang.

Al-Ashfihani dalam Mufradât Alfâdzh al-Quran menukil dari para bijak bahwa dzhalim itu ada tiga macam; 

kedzhaliman antara manusia dengan Allah swt, seperti berbuat musyrik; 

kedzhaliman antar sesama manusia yakni berbuat dosa sosial; 

kedzhaliman terhadap diri sendiri yaitu berbuat dosa yang nantinya merugikan diri sendirinya.

Dalam al-Quran kata dzhalim dan yang seakar diulang sebanyak 289 kali. Hal ini menandakan bahwa dzhalim merupakan sesuatu yang seringkali dilakukan oleh banyak manusia.

Ihwal menyebarnya wabah mematikan covid 19 di seluruh dunia, yang berimplikasi pada jatuhnya jutaan nyawa manusia termasuk di Indonesia, banyak kalangan dari ahli militer, peneliti, kedokteran dan juga ulama akhir zaman sampai pada masyarakat biasa yang menyatakan bahwa virus ini bukanlah terjadi secara alamiah. Virus Corona ini buatan sekelompok manusia, yang ditujukan untuk merusak tatanan dunia. Istilah 'perang biologi' tentu sering kita dengar jika merujuk dari para pakar yang berpendapat demikian.

Sah-sah saja ada yang berpendapat seperti itu. Namun bagi kita seorang muslim, kita diharuskan berpatokan pada Alquran, kitabullah yang mulia.

Dalam Alquran surat At-Taghabun ayat 11 Allah berfirman :

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

Allah SWT telah menjelaskan kepada kita bahwa, semua ujian dan musibah yang menimpa seseorang, tidak akan terjadi kecuali atas izin Allah SWT. Jelas, bahwa covid 19 terlepas dari itu hasil rekayasa atau konspirasi sekelompok manusia, ataupun bukan, semuanya tak akan pernah terjadi tanpa campur tangan Allah azza wa jalla.

Bagaimana jika benar ini konspirasi? Maka ini juga kesempatan dan momentum kita orang mukmin, agar segera banyak-banyak berdoa! Sebab, ini berarti kita semua manusia yang menjadi korban merupakan orang-orang yang terdzhalimi! Dan ada sekelompok manusia dzhalim yang tengah berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka inilah terkategorikan pada makna dzhalim yang kedua, yakni berbuat dosa sosial menyakiti bahkan membunuhi sesama manusia.

Mari, angkat tangan kita!

Ayo, mintalah kepadaNya dengan pengharapan tinggi!

Terus berdoa dan jangan pernah bosan memohon. Janganlah kita berputus asa dari Rahmat Allah SWT.

(Bumi Allah, Waringinkurung, 29 Januari 2021)