Header Ads Widget

Catatan Kecil Seorang Takmir Masjid


Oleh : Tus Sholeh (Kabid Humas DPD PKS Kab. Serang)

Menjadi takmir (pengurus) masjid yang bernaung dalam sebuah organisasi bernama DKM, tentu memiliki suka dukanya. Tak terkecuali sepenggal kisah berikut mengemuka dari pengalaman penulis, dikala melakukan aktivitas rutin bulanan mengelilingi satu rumah ke rumah, dalam rangka kencleng untuk infaq masjid. Tentu saja rutinitas ini tidak dilakukan sendiri. Beberapa pengurus lain berjumlah lima sampai sepuluh orang, fluktuatif berbeda setiap bulan, selalu semangat berjalan kaki menyusuri 300 rumah yang menjadi sasaran untuk diajak beramal jariyah di sebuah komplek yang masuk dalam wilayah kecamatan Waringinkurung kab.Serang.

Hikmah apa yang didapat para takmir ini saat menjemput infaq jamaah/warga utk keberlangsungan kemakmuran masjid? Pelajaran apa yang dicerna untuk kita semua, saat beberapa orang aktivis masjid yang tak digaji ini mendatangi rumah-rumah warga, membawa empat kotak/dus kecil yang disulap jadi kotak amal, untuk disebar dalam dua kelompok penjemput pahala?

Kemudahan. Ya, betul, inilah ibrah yang selalu didapatkan oleh kami selama bertahun-tahun menjalani rutinitas bulanan ini. Kemudahan ini merupakan hadiah terindah yang Allah berikan kepada para petugas, yang notabene mereka adalah orang-orang yang juga memiliki kesibukan, pekerjaan, keluarga sampai urusan lain. Namun mereka tetap bisa meluangkan waktunya untuk kemakmuran Rumah Allah.

Apa kemudahan itu? Banyak. Tapi cukup disebut beberapa saja. Diantaranya, kemudahan urusan. Setiap pelaksanaan kencleng keliling, Allah senantiasa menunjukkan kebaikannya. Dari sekitar 300 Kepala Keluarga (KK) yang tempat tinggalnya berada di area masjid, dan tidak semua didatangi karena ada juga yang non muslim (sekitar 10 persen), Allah selalu berikan hasil infaq yang optimal.

Bagi kami yang tinggal di perumahan biasa, bukan perumahan elit atau cluster, nilai yang didapat dari setiap kencleng bulanan alhamdulillāh lumayan besar, jika ditilik dari pendapatan rata-rata jamaah/warga. Dan ini dapat membantu menutupi operasional bulanan masjid, diantaranya untuk kajian-kajian ilmu, baik pekanan atau bulanan, khatib Jumat, Nasi Jumat berkah (100-200 Bks tiap pekan), honor Marbot, listrik, tambahan insentif fii sabilillah (guru-guru TPA), dan dana tak terduga lainnya.

Firman Allah Ta’ala,

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan memudahkan urusan dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki.

Nah, di sinilah pelajaran yang dapat kita rasakan bersama. Para petugas kencleng keliling ini, bukan tak pernah menemui hal pahit saat menjalankan tugasnya. Rasa malu, gengsi, bercampur dengan berbagai atensi yang berbeda-beda dari setiap warga yang didatangi.

Namun, terlepas dari itu semua, para petugas tersebut memberikan pelajaran berharga untuk kita, terutama dalam mengamalkan ayat Alquran di atas. Bahwa, kemudahan akan didapatkan jika kita bertaqwa. Dan diantara sifat dan sikap orang bertaqwa, yaitu : ikhlas, ikhtiar, dan husnudzon.

Ketika kita ikhlas dengan amal kita maka Allah akan ridho. Saat kita beraktivitas atau bekerja, nilai keikhlasan harus menjadi poin utama. 

Selanjutnya, usaha secara maksimal dan bekerja keras sesuai porsi pekerjaan yang didapat. Ada yang mengucap salam, lalu bilang "permisi kami dari masjid", ada yang 'woro-woro' dan ada juga yang menyodorkan kotak kencleng. Semuanya bertugas sesuai proporsinya.

Dan terakhir adalah husnudzon. Positive thinking adalah sebuah energi yang besar dan istimewa agar seluruh tujuan/keinginan kita terealisasi karena adanya keyakinan.

Dalam setiap menjalankan rutinitas itu, para petugas bukan tidak menemukan hal-hal yang membuat tidak nyaman. Ada saja penolakan baik secara halus atau terang-terangan dari satu sudut rumah. Malah, para takmir itu sudah "hafal" mana saja yang setiap didatangi, tak ada jawaban/balasan salam, meski tahu bahwa di dalam rumah tersebut ada denyut kehidupannya. Namun, husnudzon tetap dikedepankan. "Mungkin penghuni rumahnya tidak kedengaran suara kita!" Atau "sepertinya memang tidak ada orang di dalam!" selalu kalimat itu muncul untuk memotivasi.

Benar saja, ketika ketiga nilai tadi (ikhlas, ikhtiar, husnudzon) diterapkan, Allah senantiasa memberikan hal tak terduga berupa rezeki dari arah yang tidak disangka. Ada kalanya, Allah ganti orang-orang yang tidak memberikan infaqnya di bulan itu, dengan orang lain dan dengan jumlah yang lebih besar. Puncak kenikmatan lainnya adalah, selalu saja pada fase akhir kegiatan, yakni penghitungan bersama hasil kencleng, Allah kirim para dermawan lainnya untuk menyuguhi para petugas dengan beberapa makanan dan minuman gratis. Maasya Allah, Alhamdulillah Alaa kulli haal.
 
Inilah sebuah catatan berharga para takmir masjid. Pelajaran ini pula dapat diaplikasikan ke semua lini kehidupan kita. Baik di level keluarga, organisasi, tempat kita bekerja, atau di lini kehidupan yang lain. Yakinlah Allah selalu bersama kita.

Penulis adalah seorang Takmir masjid